[Saya copas dari detik.com, kita memang kesulitan alutsista, namun jika harus mendapatkan yang bekas, bukankah ini jadi tempat pembuangan sampah?]
- - - - - - - - - - - - -
Kamis, 22/09/2011 05:15 WIB
Menimbang Untung Rugi Hibah 30 Jet Tempur F-16 dari AS
Ramadhian Fadillah : detikNews
detikcom - Jakarta, Tawaran hibah dari negeri Barrack Obama itu cukup
menggiurkan. 30 pesawat tempur F-16C/D Fighting Falcon.
Di saat kekuatan udara Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga, tentunya kehadiran jet tempur ini akan kembali menumbuhkan taring TNI AU. Tetapi namanya hibah,dan barang bekas, tentunya tidak sama dengan barang baru. Keuntungan pertama jelas soal biaya. Biaya retrofit pesawat-pesawat ini jauh lebih murah daripada membeli pesawat baru.
"Lockheed Martin menyatakan 1.400 juta dollar untuk satu skuadron atau 16 pesawat. Tapi kalau dengan sparepart dan pelatihan, 1.600 juta dollar. Jadi 1 pesawat 100 juta dollar," ujar KSAU Marsekal Imam Sufaat usai rapat dengan Komisi I DPR di Senayan, Jakarta, Rabu (21/9/2011).
Nah, bandingkan dengan biaya retrofit atau pemutakhiran 30 pesawat hibah tersebut yang hanya menelan biaya total 430 juta dollar.
Keuntungan kedua, proses retrofit bisa lebih cepat dari pada memesan pesawat baru. Jika retrofit dilakukan sekarang, tahun 2014 sudah siap satu skadron. Sementara untuk memesan dan merakit pesawat baru diperkirakan bisa memakan waktu hingga lima tahun. "Deliverynya paling cepat lima tahun. Karena beli pesawat tak seperti beli kacang," kata Imam.
Minus hibah dari AS, masih terbayang ketakutan akan terjadi embargo persenjataan oleh AS pada Indonesia, seperti yang pernah terjadi dulu. Saat itu pesawat-pesawat TNI AU yang diproduksi AS harus melakukan kanibal suku cadang untuk tetap bisa beroperasi.
Tentunya Indonesia tidak ingin hal semacam itu terjadi lagi. Namun TNI AU yakin embargo senjata tidak akan terjadi lagi. "Itu kan karena pelanggaran HAM, kita kan negara demokratis," jelas Imam. Menurut Imam, alasan AS mau memprioritaskan hibah ini untuk Indonesia karena AS menganggap Indonesia adalah mitra strategis. TNI AU pun kini sangat memerlukan tambahan pesawat tempur. "Sangat penting. Kita akan menambah kekuatan. Kalau AU sangat mengharapkan ada penambahan pesawat," jelas jenderal bintang empat ini.
Sebagai catatan, Indonesia pernah memiliki 12 unit F-16 blok 15OCU yang terdiri atas delapan F-16A dan empat F-16B. Namun, kini hanya beberapa yang kondisinya siap operasi seratus persen. Imam pun berharap sisa F-16 generasi pertama ini bisa diupgrade menjadi model terbaru.
Tapi TNI masih harus bersabar menunggu persetujuan DPR yang masih belum sepenuh hati menyetujui hibah pesawat tempur ini. Sehingga belum jelas pula kapan rombongan elang besi ini bisa menjaga kedaulatan Indonesia.
- - - - - - - - - - - - -
Kamis, 22/09/2011 05:15 WIB
Menimbang Untung Rugi Hibah 30 Jet Tempur F-16 dari AS
Ramadhian Fadillah : detikNews
detikcom - Jakarta, Tawaran hibah dari negeri Barrack Obama itu cukup
menggiurkan. 30 pesawat tempur F-16C/D Fighting Falcon.
Di saat kekuatan udara Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga, tentunya kehadiran jet tempur ini akan kembali menumbuhkan taring TNI AU. Tetapi namanya hibah,dan barang bekas, tentunya tidak sama dengan barang baru. Keuntungan pertama jelas soal biaya. Biaya retrofit pesawat-pesawat ini jauh lebih murah daripada membeli pesawat baru.
"Lockheed Martin menyatakan 1.400 juta dollar untuk satu skuadron atau 16 pesawat. Tapi kalau dengan sparepart dan pelatihan, 1.600 juta dollar. Jadi 1 pesawat 100 juta dollar," ujar KSAU Marsekal Imam Sufaat usai rapat dengan Komisi I DPR di Senayan, Jakarta, Rabu (21/9/2011).
Nah, bandingkan dengan biaya retrofit atau pemutakhiran 30 pesawat hibah tersebut yang hanya menelan biaya total 430 juta dollar.
Keuntungan kedua, proses retrofit bisa lebih cepat dari pada memesan pesawat baru. Jika retrofit dilakukan sekarang, tahun 2014 sudah siap satu skadron. Sementara untuk memesan dan merakit pesawat baru diperkirakan bisa memakan waktu hingga lima tahun. "Deliverynya paling cepat lima tahun. Karena beli pesawat tak seperti beli kacang," kata Imam.
Minus hibah dari AS, masih terbayang ketakutan akan terjadi embargo persenjataan oleh AS pada Indonesia, seperti yang pernah terjadi dulu. Saat itu pesawat-pesawat TNI AU yang diproduksi AS harus melakukan kanibal suku cadang untuk tetap bisa beroperasi.
Tentunya Indonesia tidak ingin hal semacam itu terjadi lagi. Namun TNI AU yakin embargo senjata tidak akan terjadi lagi. "Itu kan karena pelanggaran HAM, kita kan negara demokratis," jelas Imam. Menurut Imam, alasan AS mau memprioritaskan hibah ini untuk Indonesia karena AS menganggap Indonesia adalah mitra strategis. TNI AU pun kini sangat memerlukan tambahan pesawat tempur. "Sangat penting. Kita akan menambah kekuatan. Kalau AU sangat mengharapkan ada penambahan pesawat," jelas jenderal bintang empat ini.
Sebagai catatan, Indonesia pernah memiliki 12 unit F-16 blok 15OCU yang terdiri atas delapan F-16A dan empat F-16B. Namun, kini hanya beberapa yang kondisinya siap operasi seratus persen. Imam pun berharap sisa F-16 generasi pertama ini bisa diupgrade menjadi model terbaru.
Tapi TNI masih harus bersabar menunggu persetujuan DPR yang masih belum sepenuh hati menyetujui hibah pesawat tempur ini. Sehingga belum jelas pula kapan rombongan elang besi ini bisa menjaga kedaulatan Indonesia.
0 comments :
Post a Comment