Jan 19, 2014

Nikmat BERHARGA yang Terlupa

Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang” (HR. Bukhari no. 6412).

Kata Maghbuun dalam hadits di atas pada dasarnya terjadi pada jual beli. Dengan ini Nabi shallallaahu alaihi wasallam ingin menjelaskan bahwa orang rugi secara hakiki adalah orang sehat dan memiliki waktu luang lalu tidak bisa memanfaatkan keduanya. Ibaratnya orang memiliki permata yang sangat mahal lalu ditukar dengan kotoran hewan yang tidak berharga.

Ibnu Baththal rahimahullah berkata, Maksud hadits ini adalah seseorang tidak akan memiliki waktu senggang sampai ia berkecukupan secara ekonomi serta berbadan sehat. Barangsiapa yang memperoleh hal tersebut (berkecukupan dan berbadan sehat) maka hendaklah ia bertekad agar tidak rugi dengan cara mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepadanya. Di antara syukur kepada-Nya adalah dengan mentaati perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Barangsiapa meremehkan hal ini, dialah orang yang rugi.

Ibnul-Jauzi rahimahullah berkata,Terkadang ada orang yang memiliki badan sehat namun tidak memiliki waktu luang disebabkan oleh pekerjaannya. Terkadang juga ada orang yang kaya tetapi dia sakit. Jika ada orang yang memiliki kedua hal tersebut, lalu dia malas untuk berbuat taat, maka dialah orang yang rugi.

Untuk lebih jelasnya, dunia ini adalah ladang, di sana ada perniagaan yang keberuntungannya akan nampak di akhirat. Barangsiapa menggunakan waktu luang dan waktu sehatnya untuk berbuat taat kepada Allah, maka dia adalah orang yang berbahagia. Barangsiapa yang menggunakannya untuk berbuat maksiat maka dialah orang yang rugi. Karena waktu luang akan diikuti oleh kesibukan dan sehat akan diiringi oleh sakit.

Nabi shallallaahu alaihi wasallam membuat permisalan bagi mukallaf (yang telah dibebani beban syariat) dengan seorang pedagang yang punya modal. Kesehatan dan waktu luang adalah modal. Maka semestinya seorang hamba mengisinya dengan keimanan dan memerangi hawa nafsu dan setan, supaya meraih keuntungan di dunia dan akhirat. Janganlah dia mentaati hawa nafsu dan setan agar modal dan keuntungannya tidak hilang sia-sia. Kehilangan modal dan keuntungan adalah kerugian yang besar.

Oleh karena itu para Salafush-Shalih lebih tamak terhadap waktu dibandingkan kita. Di antara kita ada yang TIDAK TAHU bagaimana memanfaatkan waktunya, bagaimana mengisi waktu luangnya? Kita terkadang mendengar dua orang yang berkata kepada temannya: Ayo kita HABISKAN waktu, atau menghilangkan waktu. Sementara pada salaf sangat tamak pada menit, bahkan detik waktu. Kita lihat mereka saling menasihatkan hal itu.
Inilah dia Ibnul-Jauzi rahimahullah yang berkata kepada putranya, Wahai anakku, barangsiapa yang mengucapkan subhaanallaahi wabihamdihi maka ditanamkan untuknya satu pohon kurma di surga. Perhatikanlah, orang-orang yang menyia-nyiakan waktunya, alangkah BANYAK pohon kurma di Surga YANG disia-siakan.

Semoga bermanfaat. Wallaahu a'lam.

[ Disadur dari abul-jauzaa . blogspot . com ]

0 comments :

Post a Comment