Dec 28, 2013

Khutbah Jum’at – Antara Penanggalan Hijriyah dan Masehi

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, 

Hari ini, 27 Desember 2013, kita berada pada dua momen yang dianggap khusus bagi peradaban Barat, yakni momen 25 Desember dan momen 01 Januari. Sebagian dari mereka menetapkan 25 Desember sebagai hari Natal Nabi ‘Isa al-Masih, sehingga di negeri kita, negeri dengan mayoritas Muslim ini, umatnya dikondisikan sedemikian rupa agar keyakinan 25 Desember tersebut menjadi keyakinan bersama, dirayakan bersama, dan seakan umat Islam berasa berhutang jika belum mengucapkan Merry Christmas kepada sahabat yang merayakannya, sementara di negeri Barat, tempat asal keyakinan ini lahir, justeru ucapan tersebut telah mulai tergantikan dengan kalimat Season’s Greetings atau Happy Holidays, dikarenakan menurut mereka, as a response to what they say is the reality of a growing non-Christian population. Yang lebih menyedihkan, bahwa di negeri ini, 25 Desember dikesankan menjadi hari yang tidak aman bagi pemeluk Kristiani, sehingga muncullah pengerahan massa yang berlebihan, di-blow-up berbagai media massa. Sementara di sisi lain, kita menemukan adanya yang saya istilahkan dengan ‘pemaksaan budaya’ untuk mengenakan atribut sinterklas kepada para pekerja Muslim di dunia bisnis, hiburan bahkan mulai masuk ke dalam institusi resmi kepemerintahan.

Pada titik inilah kita umat Islam harus mampu mengamalkan konsep tasamuh (toleransi ala Islam) secara benar dan berbasiskan ilmu, sebagaimana teladan Nabi Saw. yang mampu menciptakan kerukunan dalam kehidupan keberagaman dalam kebergamaan. Toleransi bukan berarti kita harus merayakan hari kebesaran umat lain, toleransi bukan berarti kita harus mengikuti budaya umat lain, dan toleransi bukan berarti kita harus meyakini keyakinan umat lain.

Dalam pengertian Barat, sebagai contoh, kita dapat mengutip makna kata ‘tolerance’  dalam The New International Webster Comprehensive Dictionary of The English Language (1996:1320), yang berarti to endure without protest, menahan perasaan tanpa protes. Dalam pengertian ini, seseorang tidak berhak protes atas argumen orang lain, meskipun ia gagasan yang salah dalam keyakinan.

Islam memandang bahwa bertoleransi berarti menjamin kenyamanan umat lain dalam beribadah, menghormati keimanan umat lain dengan keyakinan mereka akan kebenaran mereka, dan senantiasa berbuat baik kepada mereka. Demikianlah makna yang benar dari Islam rahmatan lil ‘alamin, Islam yang mampu mengayomi dan menjadi kasih bagi umat lainnya. Bahkan kebaikan yang harus terlahir dari pribadi Muslim kepada non-Muslim, tidak dibatasi hanya pada satu hari tertentu, akan tetapi harus menyatu dalam setiap detik nafasnya. Sedemikian toleran-nya Islam, sehingga umatnya diperintahkan untuk menolong siapapun yang membutuhkan pertolongan, khususnya dari mereka yang miskin, sakit, dan mendapatkan musibah. Mendorong umatnya untuk tetap mempergauli dengan baik, orang tua yang berbeda agama dengannya, dan senang memberikan hadiah kepada non-Muslim.

Maka jagalah diri kita dari pemahaman Islam rahmatan lil ‘alamin seperti yang diasong gerakan Jaringan Islam Liberal, yang tidak liberal karena telah memaksakan pendapat bahwa kebenaran milik semua agama, karena telah tertanam nan mendalam dalam jiwa umat Islam bahwa kebenaran hanya milik Islam, sebagaimana umat lain meyakini nan mendalam bahwa kebenaran hanya milik mereka, dan tidak ada persoalan dalam hal ini, selama masing-masing mengetahui batas-batas dimana mereka tidak bisa saling bercampur, dan area dimana mereka bisa saling bekerjasama, sehingga terlahir makna toleransi sesungguhnya, bukan makna toleransi yang dipaksakan, dan bukan lahir dari tirani minoritas kepada mayoritas.

Firman Allah Swt. Q.S. Al-Kafirun/109 : 6,

Firman Allah Swt. Q.S. Yunus/10 : 41,

Firman Allah Swt. Q.S. Al-Qashash/28 : 55,

Kita umat Islam meyakini, bahwa Nabi ‘Isa a.s. adalah Nabi yang mulia, yang terlahir di saat musim panas dimana pohon-pohon kurma berbuat dengan lebatnya (Q.S. Maryam/19:23-25). Bahkan keyakinan ini telah ada di dalam kitab Injil (Lukas 2.1-8 dan Matius 2.1, 10, 11), bahwa Nabi ‘Isa a.s. lahir di malam hari di saat gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang rumput, dan malam yang penuh bintang-bintang di langit. Sementara 25 Desember adalah musim dingin di Palestina, dan salju merupakan hal yang tidak mustahil. Atas hal inilah kita kemudian memahami mengapa Sarjana Kristen Barat, Dr. Arthus S. Peak, dalam Commentary on the Bible, menjelaskan bahwa ‘Isa a.s. lahir dalam bulan Elul (bulan Yahudi), yang jatuh bersamaan dengan bulan Agustus-September. Atas hal ini pulalah kita memahami mengapa Uskup Barns dalam Rise of Christianity menolak kepercayaan bahwa 25 Desember adalah hari lahir Isa a.s. karena ketiadaan bukti. Bahkan beliau mendorong umatnya untuk mempercayai cerita Lukas tentang hari lahir itu dimana gembala-gembala waktu malam menjaga di padang di dekat Betlehem, maka hari lahir ‘Isa a.s. tentu tidak di musim dingin di saat suhu di negeri pegunungan Yudea amat rendah sekali sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil.

Semakin banyak kita mempelajari sejarah, semakin pula kita memahami, mengapa sebagian saudara kita dari kaum kristiani tidak setuju dengan adanya simbol pohon cemara menjadi Pohon Natal, dikarenakan kebiasaan ini adalah kebiasaan baru (bid’ah) dimulai di Jerman abad ke-16, dan dikarenakan pada zaman dahulu bangsa Romawi menggunakan pohon cemara untuk perayaan Saturnalia, mereka menghiasinya dengan hiasan-hiasan kecil dan topeng-topeng kecil, karena pada 25 Desember ini adalah hari kelahiran dewa matahari, Mithras, yang asal mulanya dari Dewa Matahari Iran yang kemudian dipuja di Roma. Demikian pula hari Minggu adalah hari untuk menyembah dewa matahari sesuai dari arti kata Zondag, Sunday atau Sonntag, Hari Matahari.

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

01 Januari 2014 akan hadir menemui kita. Umat Islam kembali menemui fakta bahwa generasinya juga mulai mengikuti budaya baru, dimana bisnis terompet menjadi begitu menarik, bisnis petasan menjadi begitu menjanjikan, dan pesta muda-mudi siap digelar dengan beragam bumbu yang rentan berbau kemaksiatan seperti minuman keras, sabu, narkotika, dan kehidupan bebas.

Perlu khatib sampaikan bahwa tidak ada yang value free di dunia ini, karena semua hal value-laden, sarat dengan nilai, terkait dengan worldview yang melatarbelakanginya, terkait dengan peradaban apa yang saat itu sedang memimpin. Demikian pula dengan kalender Masehi, kalender yang mulai digunakan oleh Eropa Barat abad ke-8, ketika mulai mengembangkan peradabannya, kalender yang menjadikan awal tahun Masehi merujuk kepada tahun kelahiran Nabi ‘Isa a.s. Inilah rahasia mengapa disebut Masehi, merujuk kepada kata al-masih. Dalam bahasa Inggeris, penanggalan ini disebut dengan singkatan AD (Anno Domini) yang berarti Tahun Tuhan kita atau CE (Common Era) untuk Era Masehi, dan BC (Before Christ) yang berarti sebelum kelahiran Yesus atau BCE (Before Common Era), sebelum era umum.

Semula biarawan Katolik, Dionisius Exoguus pada tahun 527 M ditugaskan pimpinan Gereja untuk membuat perhitungan tahun dengan titik tolak tahun kelahiran Nabi Isa as (Yesus). Dan mula-mula dipergunakan untuk menghitung tanggal Paskah (Computus) berdasarkan tahun pendirian Roma. Awalnya penghitungan hari Orang Romawi terbagi dalam 10 bulan saja (kecuali Januari dan Februari). Persis dengan pemberian nama hari, pemberian nama bulan pada tarikh yang kemudian menjadi penghitungan hari Masehi ini ada kaitannya dengan dewa bangsa Romawi. Bulan Martius mengambil nama Dewa Mars, bulan Maius mengambil nama Dewa Maia dan bulan Junius mengambil nama Dewa Juno.

Penanggalan yang terdiri atas 10 bulan kemudian berkembang menjadi 12 bulan. Berarti ada tambahan 2 bulan, yaitu Januarius dan Februarius. Januarius adalah nama dewa Janus. Dewa ini berwajah dua, menghadap ke muka dan ke belakang, hingga dapat memandang masa lalu dan masa depan. Karenanya Januarius ditetapkan sebagai bulan pertama.

Ketiga sebagai pembaharu terakhir Paus Regious XIII menetapkan 1 Januari sebagai tahun baru lagi. Berarti pada perhitungan rahib Katolik, Dionisius Exoguus menjadi tidak terpakai. Tahun baru bukan lagi 25 Maret seiring dengan pengertian Nabi Isa. as (Yesus) lahir pada tanggal 25, dan permulaan musim semi pada bulan Maret. Maka kita akhirnya memahami bahwa penanggalan tahun Masehi yang dipakai saat ini berdasarkan Astrologi Mesopotamia yang dikembangkan oleh astronum-astronum para penyembah dewa-dewa. Maka nama-nama bulan pun memakai nama dewa dan tokoh-tokoh pencetus penanggalan kalender Masehi, yang kemudian ditetapkan oleh Paus Katolik dan menjadi tradisi umat Kristen se-Dunia.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Jika kalender Masehi adalah kalender solar (mengacu pada peredaran matahari), maka kalender Hijriyah adalah kalender lunar (mengacu pada peredaran bulan). Maka menurut penanggalan Hijriyah, hari ini 24 Shafar 1435. Mengingat Shafar kita mengingat bahwa Muharram baru saja usai, bulan yang ditetapkan oleh Khalifah ‘Umar r.a. dalam musyawarah bersama para sahabat melihat kemuliaan yang ada di dalam bulan itu, dan awal tahun diputuskan merujuk kepada momentum hijrahnya Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah. Mengingat Shafar kita pun mengingat akan hadirnya bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw, yakni bulan Rabi’ul Awwal, yang juga menjadi bulan dilaksanakannya Hijrah tepat pada usia Nabi Muhammad Saw. ke-53 tahun dan kemudian kita ketahui bahwa ibadah Shalat Jum’at yang pertama kali beliau laksanakan adalah dalam perjalanan hijrah beliau, yakni di Wadi Ranuna, 1km dari Masjid Quba, atau 4km dari Madinah, dan di sana berdiri sebuah masjid yang diberi nama Masjid Jum’at.

Allah Swt berfirman di dalam Q.S. Al-Baqarah/2 : 189,

[2.189] Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji;

Demikian pula firman-Nya di dalam Q.S. Yunus/10:5,

[10.5] Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.

Demikian pula firman-Nya di dalam Q.S. Yasin/36:39,

[36.39] Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.

Demikian pula firman-Nya di dalam Q.S. Al-An’am/6:96,

[6.96] Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Dari uraian di atas, khatib mengajak diri dan para hadirin, untuk menjaga identitas Islam di dalam diri kita, untuk kembali menuntut ilmu dari sumber yang shahih, untuk kembali mendapatkan jejak-jejak Islam yang mulai terhapus, untuk iltizam dengan Islam dan menjaga dari tasyabbuh, mengikuti gaya kaum kafir.

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269)

“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami.” (HR. Tirmidzi no. 2695. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Demikian khutbah ini khatib sampaikan. Hidupkan senantiasa semangat untuk berhijrah menuju yang lebih baik, sebagaimana semangat yang ada di dalam penetapan Hijriyah. Hidupkan senantiasa kerinduan untuk beribadah khususnya ibadah shaum wajib dan sunnah dan ibadah haji, sebagaimana panduan untuknya hanya dapat kita temukan dalam penanggalan Hijriyah. Marilah menjadi generasi penyebar ajaran tauhid, keyakinan bahwa Allah adalah Satu, Allah tidak memiliki anak, Allah Maha Besar dari apa yang dipersangkakan makhluknya.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِاْلآيَاتِ وَالْحِكْمَةِ، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah ke-2

الحمد لله الواحد القهار ، العزيز الغفار ، مقدر الأقدار ، مصرف الأمور ، مكور الليل على النهار ، تبصرة لذولي القلوب والأبصار ، الذي أيقظ من خلقه ومن اصطفاه

وأشهد أن لا إله إلا الله العظيم ، الواحد الصمد العزيز الحكيم ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ، وصفيه وحبيبه وخليله ، أفضل المخلوقين ، وأكرم السابقين واللاحقين ، صلوات الله وسلامه عليه وعلى سائر النبيين ، وآل كل وسائر الصالحين

 

إن الله وملآئكته يصلون على النبي ، يآ أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِم الإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ

Ya Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, perbaikilah di antara mereka, lembutkanlah hati mereka dan jadikanlah hati mereka keimanan dan hikmah, kokohkanlah mereka atas agama Rasul-Mu SAW, berikanlah mereka agar mampu menunaikan janji yang telah Engkau buat dengan mereka, menangkan mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, wahai Ilah yang hak jadikanlah kami termasuk dari mereka.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ

Ya Allah, perbaikilah sikap keagamaan kami sebab agama adalah benteng urusan kami, perbaikilah dunia kami sebagai tempat penghidupan kami, perbaikilah akhirat kami sebagai tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan kami di dunia sebagai tambahan bagi setiap kebaikan. Jadikanlah kematian kami sebagai tempat istirahat bagi kami dari setiap keburukan.

اللّهمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا الإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ

Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan tersebut dalam hati kami. Dan jadikanlah kami membenci kekufuruan, kefasikan dan kemaksiatan dan jadikanlah kami termasuk orang yang mendapat petunjuk.

اللّهمَّ أَعِزَّ الإسْلاَمَ وَالمسلمين وَأَذِلَّ الشِّرْكَ والمشركين وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ يا ربَّ العالمين

Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam, hinakanlah syirik dan orang-orang musyrik, hancurkanlah musuh agama, jadikan keburukan melingkari mereka, wahai Rabb alam semesta. Ya Allah, cerai beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta.

اللهم فَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَخُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ مُقْتَدِرٍ إنَّكَ رَبُّنَا عَلَى كلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٍ يَا رَبَّ العالمين

Ya Allah, cerai beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta.

 

رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

وصَلِّ اللهمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سيدِنا مُحَمّدٍ وعلى آلِهِ وصَحْبِهِ وَسلّم والحمدُ للهِ

 

عبادالله : إنَّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلَّكم تذكرون

 * Dari berbagai sumber

Dikutip dari, http://bit.ly/1fOeZUv

0 comments :

Post a Comment